PERS KUALIFIELD
mdaudbatubara.id - Pers secara umum dipahami sebagai badan penerbitan media massa secara berkala dan kontinyu. Konteks kata asalnya Perssare (Latin), diserap Prancis (presse ), Inggris (press), Belanda (press) yang merupakan sumber serapan kata Pers di Indonesia. Arti kata tersebut adalah “tekan” atau “cetak”, sehingga secara harfiah, dapat disebut sebagai proses komunikasi yang dilakukan melalui perantaraan benda cetakan. Karena diawalnya pers sering merujuk pada media cetak, dan cetakan itulah kekhasan dan kelebihan pada awalnya.
Pers secara nasional disebut sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. Secara umum, fungsi dan peranan pers adalah sebagai media informasi, media pendidikan, media hiburan, sebagai lembaga ekonomi, dan sebagai media kontrol sosial.
Pendekatan di atas menunjukkan betapa luas cakupan buana pers, terutama bila dilihat dari fungsinya yakni, sebagai media pengamat sosial (Social Surveillance) yang mengumpulkan dan menyebarkan berbagai informasi objektif pada wilayah jangkauannya; Kedua, sebagai media sosialisasi (Sosialization) nilai-nilai sosial, pewarisannya serta perawatannya ke masa depan; Kegita, sebagai media korelasi sosial (Social Correlation) yang mampu menghubungkan berbagai kepentingan kelompok sosial sebagai kebutuhan masyarakat (Lasswell & Wright).
Keluasan lini fungsi pers membuat jangkauannya sepertimya melebihi luas tugas pemerintah, yang terkesan hampir meliputi isi dunia. Bahkan boleh disebut pada hakikinya, pers dituntut kualitasnya dengan kemampuan yang luar biasa. Jangankan pada fenomena yang biasa terjadi, tapi mereka akan dihadapkan pada fenomena baru yang terkadang para ilmuanpun belum pernah mengalaminya. Sehingga mau tidak mau harus mampu menemukenali setiap fenomena yang muncul di lingkungannya.
Bagi khalayak, produk pers masih menjadi ukuran keabsahan dan kebenaran data atas suatu fenomena, yang ditunggu selalu oleh khalayak, melalaui berbagai jenis dan ragam media yang tersedia. Karena itu, jangankan terjadi kealpaan, keterlambatan informasi saja akan menjadi penilaian bagi khalayak.
Sangat jelas bahwa pers dengan perangkatnya di lapangan harus mampu menyerap dengan cepat setiap fenomena yang muncul, dus memastikan kebenarannya. Lebihlanjut harus pula mampu menganalisa kelayakan penyajiannya pada khalayak.
Tuntutan tugas yang harus dipenuhi pers ini, tentu cukup berat dengan segala konsekwensinya, mulai dari resiko kesehatan dan keselamatan di lapangan, kemungkinan salah informasi, salah data, salah penulisan yang kesemuannya menuntut ketangkasan, keuletan, kecermatan dan kecerdasan.
Tidak dipungkiri dikekinian, bahwa ada media sosial seperti FB, Instagram, Twitter, WAG bahkan Youtube yang dalam ukuran detik menyediakan satu informasi kepada khalayak. Tapi sajian ini belum tentu produk pers yang isinya benar-benar dalam suguhan informasi yang syah untuk dikonsumsi publik. Sehingga konten itu hanya dapat dijadikan informasi awal, yang kebenaran dan keabsahan datanya kembali dicari dan dikejar kembali ke produk pers.
Inilah bagian yang membuktikan pentingnya keberadaan pers di bumi sampai kini. Mereka telah banyak berbakti untuk khalayak bahkan dunia ilmiah, karena merekalah yang ada dimana-mana dengan jaringan yang mendunia, bergerak tanpa diminta setiap waktu tanpa menunggu pagi di tengah malam.
Keberadaan pers dalam hubungannya dengan kebutuhan informasi masih juga sangat penting di abad ini. Bak kata para ahli sering menyebut bahwa pada era perang dunia pertama menguasai dunia dengan menguasai laut, perang dunia kedua menguasai dunia dengan menguasai udara, sedang di era kekinian menguasai dunia harus menguasai informasi. Jadi, sangat jelasnya pers yang menyediakan banyak informasi merupakan bagian dari kebutuhan di muka bumi ini.
Sayangnya banyak pihak yang terkadang terlihat menilai pers sebagai sosok yang dipandang sebelah mata, bahkan sosok yang tidak memberi kenyamanan bagi pihak-pihak tertentu. Pers sering dianggap usil, menggangu bahkan menyerang lembaga atau diri mereka. Padahal semua orang menyadari bahwa fenomena yang muncul di belahan bumi lain, dengan cepat dan akurat diperoleh informasinya melalui produk pers.
Ketika pekerja pers membangun jaringan dengan lembaga-lembaga tertentu, terkadang dipandang sebelah mata bahkan dianggap beban bagi lembaga tersebut. Disisi lain, khalayak terus menunggu informasi produk pers. Situasi ini sangat menarik untuk ditelaah lebih lanjut, sebagai proses interaksi dari dua pihak didalamnya. Satu sisi pers situ sendiri, sisi lainnya subjek informasi terutama lembaga.
Sisi pers harus mencari data dengan menyajikan secara adil, yakni menyampaikan pada khalayak sesuai potret dan peta kondisi yang sesungguhnya untuk mereka nilai. Sisi lainnya, subjek informasi ingin selalu hanya membicarakan sisi indahnya diri atau lembaganya. Lain lagi sisi khalayak yang membutuhkan informasi yang syah dan benar setiap saat.
Namun kemungkinan perbedaan perilaku dan sikap diri pribadi pekerja pers dan subjek informasi yang menyimpang dari seharusnya tidak bisa dipungkiri. Sikap dan perilaku yang menimbulkan kepentingan masing-masinglah yang membuat kolaborasi dan pembentukan jaringan diantara keduanya sulit terjalin dengan baik.
Tidak pula dinapikan pekerja pers juga ada yang berniat memanfaatkan fenomena yang terjadi sebagai suatu keuntungan dengan perilaku diluar etikanya, sehingga terkadang memberi informasi tidak adil kepada khalayak. Demikian pula subjek informasi yang merasa bahwa apa yang dilakukannya merupakan aib yang harus ditutup-tutupi, padahal memang benar penyimpangan yang layak untuk diketahui oleh banyak lini.
Uraian di atas, memahamkan bahwa kondisi inilah yang oleh PWI di Madina penting untuk melakukan Uji Kompetensi bagi anggotanya. Tugas berat, keluasan jangkauan materi, resiko yang tinggi bagi pekerja pers, kebutuhan informasi yang syah dan benar ditunggu setiap waktu oleh khalayak, harus dilakukan dengan cara yang etis menjadi latar yang kuat.
Etika yang didasarkan pada sikap dan perilaku itulah yang menjadi fokus utama dari Uji Kompetensi yang baru ini dilakukan di Panyabungan. Dapat disebut bahwa fokus ini sangat tepat dalam kerangka meningkatkan kapasitas pekerja pers, menata perilaku dengan etika yang mumpuni sebagai pekerja pers. Kapasitas pekerja pers yang baik akan berimplikasi pada bangun jejaring informasi yang handal dan terpenuhinya kontinyuitas informasi yang kualifiet.
Proses cepat untuk mengaplikasi bangun jaringan, etika dan fungsi sosial pers, tepat dilakukan ketika PWI Madina bekerja sama dengan STAIN Madina dan PMI Madina dalam membangun jejaring, sebagai pendekatan aplikatif dari pekerja pers sebagai bagian dari hasil Uji Kompetensi. Hubungan baik dengan pemangku kepentingan dan khalayak serta 170 kantong darah adalah abdi PWI yang patut ditiru.
Dikembangkan dari hasil bincang dengan Ketua PWI Madina di HPN 2023 di STAIN Madina.
Telah diterbitkan di: MohgaNews
Posting Komentar untuk "PERS KUALIFIELD"